Archive

Archive for the ‘Goresan’ Category

Mulai dari Diri Modul 1.3

Tugas Mulai dari Diri Modul 1.3

Saya memimpikan murid-murid yang berbudaya serta berkarakter profil pelajar Pancasila. 

Saya percaya bahwa murid adalah manusia yang harus didik sehingga akan menghasilkan manusia yang berkarakter baik. 

Di sekolah, saya mengutamakan penilaian karakter tanpa mengesampingkan penilaian lainnya. 

Murid di sekolah saya sadar betul bahwa jika mereka harus membangun karakter yang baik, karena nilai karakter akan mengalahkan nilai pengetahuan dan keterampilan. 

Saya dan guru lain di sekolah saya yakin untuk berpihak pada murid, mendidik murid dengan benar karena target pekerjaan kita adalah pertumbuhan manusia demi manusia.  

Saya dan guru lain di sekolah saya paham bahwa menddik bukanlah pekerjaan administratif, target pekerjaan seorang guru bukanlah sebuah dokumen, atau setumpuk kertas dan angka. Namun menuntun murid, berpartisipasi dalam pendidikan dan pembelajaran.

Visi saya : Terwujudnya peserta didik yang berbudaya dan berkarakter profil pelajar pancasila

  • Apa makna pernyataan visi bagi Bapak/Ibu?

Makna pernyataan visi saya itu adalah, saya melihat banyak murid saya yang masih belum berkarakter baik, belum mempunyai nilai karakter sebagai seorang pelajar Pancasila, sehingga saya ingin agar mereka mempunyai nilai budaya dan karakter profil pelajar Pancasila.

  • Apa harapan, cita-cita Bapak/Ibu untuk murid, rekan pendidik, komunitas sekolah, kehidupan masyarakat di daerah Bapak/Ibu, dan bangsa-negara Indonesia?

Saya mempunyai harapan bahwa murid saya akan menjadi murid yang berkarakter baik, berdisiplin, taat pada aturan sekolah, rajin belajar karena bagi saya nilai karakter sikap lebih penting daripada nilai pengetahuan. Bagi rekan pendidik serta komunitas sekolah termasuk didalamnya orang tua/wali murid mari kita berupaya untuk mendidik murid kita agar bisa mencapai karakter yang sejalan dengan profil pelajar pancasila, memang tidak mudah, namun jika kita berupaya keras dan tekun serta tabah, maka yakin pasti apa yang kita harapkan akan tercapai. Harapan dari masyarakat sekitar adalah mari berubah, selama saya bekerja di SMA Negeri 1 Sonder saya tidak melihat adanya dukungan dari masyarakat sekitar, rasa kesadaran memiliki yang ada pada masyarakat sangat kurang. Seharusnya masyarakat sekitar bangga bahwa mereka memiliki SMA Negeri 1 yang tidak dimiliki desa lain. Oleh karena itu, saya harap pemerintah dan masyarakat desa setempat dalam hal ini Desa Tounelet Satu dapat sering memperhatikan SMA Negeri 1 Sonder, karena sekolah ini adalah tanggung jawab kita bersama bukan hanya kepala sekolah dan guru-guru.

  • Apa yang selama ini jadi keyakinan bersama dan menyatukan sekolah kita?

Saya masuk di sekolah ini dengan situasi dan kondisi yang agak memprihatinkan, kacaunya sistem yang dibangun didalamnya serta kurangnya pengaruh pendidik terhadap karakter anak menjadi salah satu penyebab. Penyebab lainnya adalah kurangnya perhatian dari Pemerintah dalam memberikan bantuan sarana prasarana yang sesuai bagi sekolah ini. Saya yakin bahwa kedepan, rekan-rekan pendidik akan mampu menuntun murid untuk memiliki karakter yang baik sehingga apa yang sudah terjadi selama ini akan terus jalan, dan saya berkeyakinan bahwa  Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara akan memberikan fasilitas sarana prasana yang memadai sehingga sekolah ini akan kelihatan seperti sekolah. Selama ini memang SMA Negeri 1 Sonder adalah sebuah sekolah tampak dari luar biasa-biasa saja, namun ketika kita mengintip kedalam, suasananya berbeda karena sarana prasarananya tidak sesuai. Sehingga saya berkeyakinan bahwa untuk menyatukan sekolah ini perlu kerjasama yang baik antara Pemerintah Provinsi sebagai Pemilik Sekolah, pemerintah setempat dimana sekolah ini berdomisili.

  • Apa yang diharapkan menjadi pembeda antara murid di sekolah Bapak/Ibu dengan murid di sekolah lain?

Yang menjadi pembeda antara murid sekolah saya dan sekolah lain adalah karakter. Sekolah lain mungkin menitikberatkan penilaian pada pengetahuan. Tapi sekolah kami lebih pada karakter. Pengetahuan bisa dicari, namun jika karakter tidak ditempah dari awal maka nilai pengetahuan yang tinggi akan luluh dengan karakter yang tidak baik, sebaliknya jika karakter baik, nilai pengetahuan akan mudah didapat.

  • Apa kontribusi orang dewasa dan para pemangku kepentingan di sekolah kita dalam mewujudkan murid dengan Profil Pelajar Pancasila?

Orang Dewasa dan para pemangku kepentingan termasuk di dalamnya adalah guru-guru adalah dengan memberikan tuntunan serta media untuk melaksanakan Proyek Penguatan Pelajar Pancasila

Demikian tugas ini sudah saya buat. Salam Sehat dan Bahagia.

Victor Stevanus George Tengker, SE

CGP Angkatan 9 Prov. Sulawesi Utara

Guru SMA Negeri 1 Sonder

Penerimaan Guru PPPK (P3K) resmi dibuka

Kabar baik bagi guru-guru honor di Indonesia, akhirnya Pengumuman Penerimaan Guru PPPK atau P3K Tahun 2023 resmi dibuka. Info selengkapnya bisa buka langsung di web https://gurupppk.kemdikbud.go.id

jadwal penerimaan pppk (sumber https://gurupppk.kemdikbud.go.id)

Sebelumnya lewat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 649 Tahun 2023 sudah dijabarkan pula mengenai Mekanisme Seleksi PPPK Untuk Jabatan Fungsional pada pemerintah Daerah Tahun 2023

Namun kehebohan penerimaan PPPK ini pasti menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Contohnya yang terjadi adalah ada guru-guru yang sebelumnya mengabdi di sekolah swasta tiba-tiba ingin pindahkan dapodiknya ke sekolah negeri agar bisa lolos ikut PPPK, bahkan ada yang berupaya mengubah TMT di sekolah negeri agar bisa lolos PPPK. Fenomena ini sebenarnya harus di hindari dan di cegah oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Bayangkan saja kalau ada yang baru dinas honor selama belasan tahun baru diangkat menjadi PPPK namun ada yang baru 1-2 tahun sudah bisa pula diangkat. Harus ada sosialisasi dan pengetatan data dapodik dari Dinas-Dinas Pendidikan dan harus diawasi agar tidak ada Oknum-Oknum pegawai dinas pendidikan bagian dapodik ataupun kepsek yang dengan seenaknya ingin memanipulasi data dapodik. Contoh manipulasi seperti ada yang sebenarnya tidak pernah mengajar tiba-tiba data dapodiknya ada dan sudah ikut PPPK.

Categories: Goresan Tags: ,

Filosofis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Apa saja filosofis pemikiran KHD ?

KONSEP MERDEKA BELAJAR MENURUT KI HAJAR DEWANTARA

  • Ing ngarso sung tuladho (maka orang tua atau guru sebagai suri tauladan anak dan siswa)
  • Ing madya mangun karso (yang ditengah memberikan semangat ataupun ide-ide yang mendukung)
  • Tut wuri handayani (yang dibelakangan memberikan motivasi.

Filosofi KHD yang pertama mengartikan pendidikan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat, menyadarkan kami para pendidik bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka salah satu kunci untuk mewujudkannya yaitu melalui pendidikan.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan haruslah holistik, mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, dan spiritual. Ia percaya bahwa pendidikan bukan hanya tentang pemberian pengetahuan akademis semata, tetapi juga melibatkan pengembangan kepribadian dan karakter individu.

Landasan Filosofis Pendidikan di Indonesia adalah Pancasila. Filsafat pendidikan perlu diwujudkan agar ilmu pendidikan bercorak Indonesia mudah dibentuk. Peran dan pengembangan sila-sila pancasila pada peserta didik hakikatnya merupakan pengembangan afeksi.

Kodrat alam ialah keadaan yang karena sifat dan bentuk lingkungan di mana mereka berada. Menurut KHD, kodrat zaman ialah berbicara era yang dijalani anak, sehingga edukasi di masanya menekankan pada kemampuan peserta didik yang memiliki (isi) keterampilan sesuai zamannya.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat dikatakan masih cukup relevan dengan dunia pendidikan di Indonesia saat ini. Apabila menilik model pembelajaran yang diterapkan oleh pemerintah maka ada beberapa bagian yang mengambil inspirasi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Filsafat pendidikan memberikan fondasi tanggung jawab kepada calon-calon guru tentang hakikat setiap praktik pembelajaran di sekolah. Kajian filsafat melatih mereka untuk memikirkan setiap apa yang harus dilakukan dan alasan- alasannya.

Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari sifat filsafat seorang pendidik, dari pengalaman-pengalamnnya dalam pendidikan dan kehidupan dari kajiannya tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar itu pendidik dapat mengetahui sekolah berkembang.

Proses pembelajaran yg mencerminkan pemikiran KHD dimana belajar mengajar adalah bagian dari pendidikan, Ki Hajar menekankan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa, dengan memberikan penghormatan sepenuhnya pada siswa, menghamba pada siswa dimana artinya adalah segala bentuk tuntunan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan

Sosok Ki Hajar Dewantara senantiasa melekat dengan sikap mencintai pendidikan. Maksud dari cinta tentu bukan suka biasa. Namun, Bapak Pendidikan Nasional ini memberikan semangat cinta kepada pendidikan dengan rela berkorban dan mengabdi untuk pendidikan Indonesia.

Dasar belajar atau asas yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara dalam perguruan taman siswa adalah panca dharma yaitu, asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan. Asas belajar Ki Hadjar Dewantara merupakan bentuk perlawanan pada masa penjajahan.

Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau perguruan Taman Siswa. Lembaga ini bertujuan memberikan kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi para pribumi jelata Indonesia seperti yang dimiliki para priyayi atau orang-orang Belanda.

Ki Hajar Dewantara (2013: 42-43) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Oleh sebab itu pendidik menuntun anak pada kehidupan yang selaras dengan alam dan masyarakat.

Dengan kita meneladani sifat Ki Hajar Dewantara, kita bisa bersikap lebih kritis terhadap suatu masalah. Selain itu, dengan penerapan Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Kita bisa menjadi pemimpin yang baik

Perkembangan Anak (Tugas Ringkasan)

  1. TEORI PIAGET

Penyair Noah Perry pernah bertanya, “Siapakah yang tahu pikiran anak-anak ?” Psikolog Swiss Jean Piaget (1896-1980) tahu lebih banyak ketimbang orang lain.

Proses kognitif. Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi). Sebuah skema (schema) adalah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.

Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Yakni, dalam asimilasi, anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi, terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru. Yakni, anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.

Piaget juga mengatakan bahwa untuk memahami dunianya, anak-anak secara kognitif mengorganisasikan pengalaman mereka. Organisasi adalah konsep Piaget yang berarti usaha mengelompokkan perilaku yang terpisah-pisah ke dalam urutan yang lebih teratur, ke dalam sistem fungsi kognitif.

Ekuilibrasi (equilibration) adalah suatu mekanisme yang dikemukakan Piaget untuk menjelaskan bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya.

Tahap-tahap Piagetian. Melalui obervasinya, Piaget juga meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan.

  1. Tahap sensorimotor. Tahap ini, yang berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia dua tahun. Adalah tahap Piagetian pertama.
  2. Tahap pra-operasional. Tahap ini adalah tahap Piagetian kedua. Tahap ini berlangsung kurang lebih mulai dari usia dua tahun sampai tujuh tahun. Pemikiran pra-operasional bisa dibagi lagi menjadi dua subtahap : fungsi simbolis dan pemikiran intuitif. Subtahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara usia dua sampai empat tahun.. meskipun anak kecil membuat kemajuan di subtahap ini, pemikian pra-operasional masih mengandung dua keterbatasan : egosentrisme dan animism. Egosentrisme adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif milik sendiri dengan perspektif orang lain. Animisme juga merupakan ciri dari pemikiran pra-operasional. Animisme adalah kepercayaan bahwa objek tak bernyawa punya kualitas “kehidupan” dan bisa bergerak.

Subtahap pemikiran intuitif adalah sub tahap kedua dalam pemikiran pra-operasional, dimulai sekitar usia empat tahun dan berlangsung sampai usia tujuh tahun. Tahap pra-operasional ini menunjukkan karakteristik pemikian yang disebut centration, yakni pemfokusan (atau pemusatan) perhatian pada satu karakteristik dengan mengabaikan karakteristik lainnya. Centration tampak jelas dalam kurangnya conservation dari anak di tahap pra-operasional. Konversi (convertion) yang dimaksud disini adalah ide bahwa beberapa karakteristik dari objek itu tetap sama meski objek itu berubah penampilannya.

Menurut Piaget, kegagalan tugas convertion untuk kasus ini menunjukkan bahwa anak berada dalam tahap pemikiran pra-operasional. Apabila anak berhasil menjawab tugas ini dengan benar, maka dia telah berada pada tahap pemikiran operasional konkret.

Beberapa ahli teori perkembangan tidak percaya bahwa Piaget sepenuhnya benar dalam memperkirakan kapan keahlian convertion itu muncul.

Karakteristik lain dari pra-operasional adalah mereka suka mengajukan banyak pertanyaan. Pada umur tiga tahun anak mulai mengajukan pertanyaan. Dan menjelang usia lima tahun anak-anak akan membuat orang tua kesal karena mereka sering mengajukan pertanyaan “mengapa”. Pertanyaan “mengapa” ini menandai kemunculan minat anak untuk mencari tahu mengapa sesuatu itu terjadi.

  1. Tahap operasional konkret. Ini adalah tahap perkembangan kognitif Piagetian ketiga, dimulai sekitar umur tujuh tahun sampai sekitar sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi.

Operasi konkret adalah tindakan mental yang bisa dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata. Peneliti mengubah salah satu bola lembung menjadi bentuk panjang dan ramping. Anak itu ditanya mana lembung yang lebih banyak, yang berbentuk bola atau yang berbentuk panjang..

Walaupun mendapat kritik, teori Piaget adalah sangat penting, dan seperti yang telah kita lihat, informasi tentang tahap-tahap perkembangan Piaget dapat diaplikasikan untuk mengajar anak-anak.

  1. TEORI VYGOTSKY

Seperti Piaget, Lev Vygotsky (1896-1934) dari Rusia juga percaya bahwa anak aktif dalam menyusun pengetahuan mereka. Vygotsky lahir di Rusia pada tahun yang sama dengan kelahiran Piaget, namun meninggal lebih muda ketimbang Piaget, yakni dalam usia 37 tahun. Dalam beberapa decade terakhir ini, psikolog dan pendidik Amerika telah menunjukkan ketertarikan kepada pandangan Vygotsky (1962).

Asumsi Vygotsky. Ada tiga klaim dalam inti pandangan Vygotsky (Tappan, 1998): (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, Bahasa, dan berbentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental; dan (3) kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.

Menurut Vygotsky, menggunakan pendekatan developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal-usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya.

Klaim kedua Vygotsky, yakni untuk memahami fungsi kognitif kita harus memeriksa alat yang memperantarai dan membentuknya, membuat Vygotsky percaya bahwa Bahasa adalah alat yang paling penting (Robbins, 2001). Vygotsky berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak awal (early childhood), Bahasa mulai digunakan sebagai alat yang membantu anak untuk merancang aktivitas dan memecahkan problem.

Klaim ketiga Vygotsky menyakatan bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kultur. Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural.

Menerapkan teori Piaget untuk Pendidikan Anak.

  1. Gunakan pendekatan konstruktivis. Senada dengan pandangan aliran konstruktivis, Piaget menekankan bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif dan mencari solusi sendiri. Murid lebih baik diajari untuk membuat penemuan, memikirkannya, dan mendiskusikannya, bukan dengan diajari menyalin apa-apa yang dikatakan atau dilakukan guru.
  2. Fasilitasi mereka untuk belajar. Guru yang efektif harus merancang situasi yang membuat murid belajar dengan bertindak (learning by doing). Guru mendengar, mengamati, dan mengajukan pertanyaan kepada murid agar mereka berpikir dan mintalah mereka untuk menjelaskan jawaban mereka.
  3. Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran anak. Murid tidak datang ke sekolah dengan kepala kosong. Guru harus menginterpretasikan apa yang dikatakan murid dan merespons dengan memberikan wacana yang sesuai dengan tingkat pemikiran murid.
  4. Gunakan penilaian terus menerus. Murid mendiskusikan strategi pemikiran mereka, dan penjelasan lisan dan tertulis oleh murid tentang penalaran mereka dapat dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi kemajuan mereka.
  5. Tingkatkan kemampuan intelektual murid. Menurut Piaget, pembelajaran anak harus berjalan secara alamiah. Anak tidak boleh didesak dan ditekan untuk berprestasi terlalu banyak di awal perkembangan sebelum mereka siap.
  6. Jadikan ruang kelas menjadi ruang eksplorasi dan penemuan. Guru menekankan agar murid melakukan eksplorasi dan menemukan kesimpulan sendiri. Guru lebih banyak mengamati minat murid dan partisipasi alamiah dalam aktivitas mereka untuk menentukan pelajaran apa yang akan diberikan.

Didalam ketiga klaim dasar ini, Vygotsky mengajukan gagasan yang unik dan kuat tentang hubungan antara pembelajaran dan perkembangan. Ide ini secara khusus merefleksikan pandangannya bahwa fungsi kognitif berasal dari situasi sosial. Salah satu ide unik Vygotsky adalah konsepnya tentang zone of proximal development.

Zone of Proximal Development. Zone of proximal development (ZPD) adalah istilah Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Jadi, batas bawah dari ZPD adalah tingkat problem yang dapat dipecahkan oleh anak sendiri. Batas atasnya adalah tingkat tanggung jawab atau tugas tambahan yang dapat diterima anak dengan bantuan dari instruktur yang mempu.

Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya akan arti penting dari pengaruh sosial. Menurut Vygotsky, kita tidak bisa berhenti sampai disini saja. Kita membantu masing-masing anak dengan menunjukkan, mengajukan pertanyaan, dan memperkenalkan elemen awal dari solusi.

Jadi, ZPD melibatkan kemampuan kognitif anak yang berada dalam proses pendewasaan dan tingkat kinerja mereka dengan bantuan orang yang lebih ahli (Panofsky, 1999). Vygotsky (1978) menyebut ini sebagai “kembang” perkembangan untuk membedakannya dengan istilah “buah” perkembangan, yang sudah dicapai anak secara independen.

Scaffolding. Erat kaitannya dengan gagasan zone of proximal development adalah scaffolding, sebuah teknik untuk mengubah level dukungan. Ketika tugas yang akan dipelajari si murid adalah tugas yang baru, maka orang yang lebih ahli dapat menggunakan teknik instruksi langsung. Saat kemampuan murid meningkat, maka semakin sedikit bimbingan yang diberikan. Anak akan bertemu dengan konsep yang lebih sistematis, logis, dan rasional yang dimiliki oleh orang yang lebih ahli yang membantunya.

Bahasa dan pemikiran. Vygotsky (1962) percaya bahwa anak-anak menggunakan Bahasa bukan hanya untuk komunikasi sosial, tetapi untuk merencanakan, memonitor pelaku mereka dengan caranya sendiri. Penggunaan Bahasa untuk mengatur diri sendiri ini dinamakan “pembicaraan batin” (inner speech) atau “pembicaraan privat” (private speech). Menurut Piaget, private speech bersifat egosentris dan tidak dewasa, tetapi menurut Vygotsky private speech adalah alat penting bagi pemikiran selama masa kanak-kanak (early childhood).

Vygotsky percaya bahwa Bahasa dan pikiran pada mulanya berkembang sendiri-sendiri lalu kemudian bergabung. Dia mengatakan bahwa semua fungsi mental punya asal usul eksternal atau sosial. Anak-anak harus menggunakan Bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka bisa focus ke dalam pemikirannya sendiri. Anak-anak juga harus berkomunikasi keluar dan menggunakan Bahasa selama periode yang agak lama sebelum transisi dari pembicaraan eksternal ke pembicaraan batin (internal) terjadi.

Vygotsky mengatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal sekalipun, berbasis sosial, sedangkan Piaget lebih menanggap pembicaraan anak sebagai non sosial dan egosentris.

 

Menerapkan Teori Vygotsky untuk Pendidikan Anak.

  1. Gunakan zone of proximal development. Mengajar harus dimulai pada batas atas zona, dimana murid mampu untuk mencapai tujuan dengan kerja sama erat dengan instruktur/pengajar.
  2. Gunakan teknik scaffolding. Cari kesempatan untuk menggunakan teknik ini ketika murid membutuhkan bantuan untuk aktivitas yang merupakan inisiatifnya sendiri (Elicker, 1996).
  3. Gunakan kawan sesame murid yang lebih ahli sebagai guru. Ingat bahwa menurut Vygotsky bukan hanya orang dewasa yang penting dalam membantu murid mempelajari keahlian.
  4. Dorong pembelajaran kolaboratif dan sadari bahwa pembelajaran melibatkan suatu komunitas orang yang belajar. Baik itu anak maupun orang dewasa melakukan aktivitas belajar secara kolaboratif.
  5. Pertimbangkan konteks kultural dalam pembelajaran. Fungsi penting dari pendidikan adalah membimbing murid dalam mempelajari keahlian pentinf bagi kultur tempat mereka berada.
  6. Pantau dan dorong anak-anak dalam meggunakan private speech. Perhatikan perubahan perkembangan dari berbicara dengan diri sendiri pada masa awal sekolah dasar.
  7. Nilai ZPD-nya, bukan IQ. Seperti Piaget, Vygotsky tidak percaya bahwa tes formal standar adalah cara terbaik untuk menilai kemampuan belajar atau kesiapan anak untuk belajar. Vygotsky mengatakan bahwa penilaian harus difokuskan untuk mengetahui ZPD si murid.

Mengevaluasi dan membandingkan Teori Piaget dan Vygotsky. Pengetahuan akan teori Vygotsky datang lebih belakangan ketimbang teori Piaget, sehingga teori Vygotsky belum dievaluasi secara menyeluruh. Penekanan Vygotsky pada arti penting inner speech dalam perkembangan dan pandangan Piaget bahwa pembicaraan batin seperti itu bersifat immature. Pendekatan Vygotsky adalah pendekatan konstruktivis sosial, yang menekankan pada konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara bersama.

  1. Teori Ekologi Bronfenbrenner

Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917-) yang focus utamanya adalah pada konteks sosial di mana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan anak.

Teori ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi intrepersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas.

Mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu. Dalam mikrosistem ini, individu berinteraksi langsung dengan orang tua, guru, teman seusia, dan orang lain.

Mesosistem adalah kaitan antar mikrosistem. Dalam sebuah studi terhadap seribu anak kelas delapan (atau setingkat kelas 3 SMP), diteliti dampak gabungan dari pengalamanan di keluarga dan di sekolah terhadap sikap dan prestasi murid saat murid melewati transisi dari tahun terakhir SMP ke awal SMA.

Ekosistem (exosistem) terjadi ketika pengalaman di setting lain ( di mana murid tidak berperan aktif) mempengaruhi murid dan guru dalam konteks mereka sendiri.

Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Kultur adalah konteks terluas di mana murid dan guru tinggal, termasuk nilai dan adat istiadat masyarakat. Salah satu aspek dari status sosioekonomi murid adalah faktor perkembangan dalam kemiskinan.

Kronosistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak. Anak-anak sekarang adalah generasi pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang tumbuh dalam lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh computer dan bentuk media baru, generasi pertama yang tumbuh dalam revolusi sesksual, dan generasi pertama yang tumbuh di dalam kota yang semrawut dan tak terpusat, yang tidak lagi jelas batas antara kota, pedesaan, atau subkota.

Bronfenbrenner makin banyak memberi perhatian kepada kronosistem sebagai sistem lingkungan yang penting.

Mengevaluasi Teori Brofenbrenner. Teori Brofenbrenner telah mendapat banyak popularitas di tahun-tahun belakangan ini. Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk mengkaji konteks sosial secara sistematis, baik itu di tingkat mikro maupun makro. Guru seringkali perlu mempertimbangkan bukan hanya apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi juga apa yang terjadi di dalam keluarga, lingkungan, dan kelompok teman seusia si murid.

  1. Teori Perkembangan Rentang Hidup Erikson

Teori Erik Erikson melengkapi analisis Brofenbrenner terhadap konteks sosial di mana anak tumbuh dan orang-orang yang penting bagi kehidupan anak.  Erikson (1902-1994) mengemukakan teori tentang perkembangan seseorang melalui tahapan.

Delapan tahap perkembangan manusia. Dalam teori Erikson (1968), delapan tahap perkembangan akan dilalui oleh orang  di sepanjang rentang kehidupannya.

  1. Kepercayaan versus Ketidakpercayaan adalah tahap psikososial pertama menurut Erikson. Perkembangan kepercayaan (trust) membutuhkan pengasuhan yang hangat dan ersahatab. Hasil positifnya adalah rasa nyaman dan berkurangnya ketakutan sampai pada titik minimal.
  2. Otonomi bersus malu dan ragu adalah tahap psikologis Erikson kedua. Tahap ini terjadi pada masa bayi akhir (late infancy) dan masa belajar berjalan (toddler). Mereka menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya sendiri. Jika bayi dibatasi terlalu banyak atau dihukum terlalu keras, mereka akan mengembangkan rasa malu dan ragu.
  3. Inisiatif versus rasa bersalah adalah tahap psikologis Erikson ketiga. Tahap ini berhubungan dengan masa kanak-kanak awal, sekitar usia tiga hingga lima tahun. Dalam tahap ini, orang dewasa berharap anak menjadi lebih bertanggungjawab untuk menjaga tubuh dan milik mereka. Memunculkan rasa tanggung jawab membutuhkan inisiatif. Anak mengembangkan rasa bersalah apabila mereka tidak bertanggung jawab atau merasa terlalu cemas.
  4. Upaya versus inferioritas adalah tahap psikologis Erikson keempat. Tahap ini terjadi kira-kira pada masa sekolah dasar, dari usia enal hingga usia puber atau remaja awal. Masa kanak-kanak akhir adalah masa di mana anak paling bersemangat untuk belajar, saat imajinasi mereka berkembang. Bahaya di masa sekolah dasar ini adalah munculnya perasaan rendah diri (inferioritas), ketidakproduktivan, dan inkompetensi.
  5. Identitas versus kebingungan Identitas adalah tahap psikologi Erikson kelima. Tahap ini terjadi di masa remaja. Remaja berusaha untuk mencari tahu jati dirinya, apa makna dirinya, dan kemana mereka anak menuju.
  6. Intimasi versus isolasi adalah tahap Erikson keenam. Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal. Tugas perkembangannya adalah membentuk hubungan yang positif dengan orang lain.
  7. Generativitas versus stagnasi adalah tahap psikologis Erikson ketujuh. Tahap ini terjadi pada masa dewasa pertengahan, sekitar usia 40-an dan 50-an. Generativitas (generativity) berarti mentransmisikan sesuatu yang positif kepada generasi selanjutnya.
  8. Integritas versus putus asa adalah tahap psikologis Erikson yang kedelapan dan terakhir. Tahap ini berhubungan dengan masa dewasa akhir, sekitar usia 60-an sampai meninggal. Orang tua merenungi kembali hidupnya, memikirkan apa-apa yang telah mereka lakukan.

Mengevaluasi Teori Erikson. Teori Erikson memaparkan beberapa tugas sosioemosional penting dan meletakkannya dalam kerangka perkembangan. Konsep identitas terutama membantu untuk memahami masa remaja akhir dan masa mahasiswa. Teori erikson tidak luput dari kritik. Beberapa pakar percaya bahwa tahapannya terlalu kaku. Aspek-aspek itu merupakan isu penting yang ada di sepanjang hidup kita. Meskipun banyak riset telah dilakukan terhadap tahap-tahap Erikson (seperti identitas), seluruh cakupan teorinya (seperti apakah delapan tahap itu selalu terjadi secara berurutan seperti yang dipaparkannya) belum didokumentasikan secara ilmiah.

 

Mendidik Anak Berdasarkan Teori Erikson.

  1. Dorong anak untuk berinisiatif. Anak-anak di usia prasekolah dan di program pendidikan kanak-kanak awal harus diberi banyak kebebasan untuk mengeksplorasi dunia mereka.
  2. Mempromosikan usaha belajar untuk anak-anak sekolah dasar. Guru bertanggung jawab atas perkembangan usaha belajar anak. Erikson berharap agar guru bisa menyediakan suasana di mana anak bisa bersemangat untuk belajar. Guru harus memaksa dengan lembut si anak agar berusaha menyadari bahwa mereka bisa belajar menyelesaikan sesuatu sendiri.
  3. Ajak remaja mengeksplorasi identitas dirinya. Sadarilah bahwa identitas murid bersifat multidimensional. Aspek identitas mencakup tujuan untuk mencari kerja, prestasi intelektual, minat pada hobi olahraga, music, dan area lainnya. Suruh remaja untuk menulis esai tentang dimensi-dimensi ini, mengeksplorasi siapa diri mereka dana pa yang ingin mereka lakukan daam hidup mereka.
  4. Kaji diri anda sebagai seorang guru dengan lensa delapan tahap Erikson. Erikson percaya bahwa satu dimensi identitas paling penting adalah pekerjaan. Kesuksesan karir anda sebagai guru dapat merupakan aspek terpenting dalam identitas diri anda.
  5. Ambil karakteristik yang bermanfaat dari tahap Erikson lainnya. Guru yang kompeten harus dapat dipercaya, menunjukkan inisiatif, mau berusaha dan menjadi model untuk menguasai suatu pelajaran serta punya motivasi untuk memberi kontribusi sesuatu bermakna bagi generasi selanjutnya. Dalam peran anda sebagai Guru, anda akan secara aktif memenuhi kriteria konsep generativitas erikson.
Categories: Goresan